VISI : “ TERWUJUDNYA GENERASI CERDAS, BERILMU, DAN BERAKHLAKUL KARIMAH”

MTs Negeri Tanjung Selor

Guru dan Staf

MTs Negeri Tanjung Selor

Upacara Hari Senin

MTs Negeri Tanjung Selor

Kunjungan Bupati Bulungan Pada Pekan Budaya Birau 2012 di Stand Pameran Jajaran Kemenag Kab. Bulungan

MTs Negeri Tanjung Selor

Jl. Kolonel Soetadji (Kompleks Masjid Agung Tanjung Selor

MTs Negeri Tanjung Selor

Masa Orientasi Siswa (MOS) Siswa baru angkatan 2009

MTs Negeri Tanjung Selor

Perpustakaan adalah gudang ilmu

MTs Negeri Tanjung Selor

Pelepasan Siswa Kelas 9 Alumni Tahun 2011

MTs Negeri Tanjung Selor

Prestasi Siswa Pementasan Tari

MTs Negeri Tanjung Selor

Kaligrafi di setiap ruang kelas

MTs Negeri Tanjung Selor

Masa Orientasi Siswa (MOS) Siswa angkatan 2010

MTs Negeri Tanjung Selor

Kunjungan (Monitoring) Irjen dari Jakarta tahun 2010

MTs Negeri Tanjung Selor

Karnafal Birau Bulungan 2010

MTs Negeri Tanjung Selor

Guru dan Siswa

MTs Negeri Tanjung Selor

Berpose sebelum mengikuti Ujian Nasional tahun 2010

MTs Negeri Tanjung Selor

Berpose sebelum mengikuti Ujian Nasional tahun 2010

MTs Negeri Tanjung Selor

Berpose di Hari Kartini bersama wali kelas

MTs Negeri Tanjung Selor

Hari Kartini di Madrasahku

MTs Negeri Tanjung Selor

Kegiatan Belajar

MTs Negeri Tanjung Selor

Senam Jum'at Pagi

Rabu, 14 September 2016

Diusia 90 Tahun, Sarah Akhirnya Dikaruniai Anak (Bagian III)

Sepulang dari Makkah itu,  Nabi Ibrahim as menjalani hidup seperti sedia kala. Ketika itu Ibrahim bersama Sarah berusia sangat tua. Pada suatu hari, Ibrahim kedatangan tamu. Seperti biasa, Ibrahim as yang ramah itu sangat menghormati tamunya. Ia meminta Sarah, istrinya, agar menghormati tamunya itu, dengan menyembelih anak sapi yang gemuk.

Ketika itu, Nabi Ibrahim as tidak tahu, bahwa tamu yang datang ke kerumahnya ternyata malaikat, membawa kabar gembira dari Allah. Saat Ibrahim dan Sarah menyuguhkan daging anak sapi yang sudah dipanggang, mereka (tamu-tamu itu) tidak mau menyentuh dan memakan makanan yang disuguhkan. Ibrahim as heran melihat keanehan itu. Begitu juga Sarah. Nabi Ibrahim bahkan merasa takut sebagaimana diceritakan dalam al-Qur`an. “Sesungguhnya kami takut kepada kalian.” (QS. Al-hijr [15]: 52).

Malaikat itu berkata: “Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth.” Ketika itu para malaikat sedang dalam perjalanan untuk memberi kabar kepada Ibrahim as untuk menghancurkan kaum Luth yang telah berdosa dan melampaui batas.. Disaat itu pula, malaikat memberi kabar gembira, “Bahwa melalui Sarah Allah akan menganugerahkan seorang anak.” QS 11: 69 – 73).

“Maka kami Sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir putranya) Ya`qub (QS. Huud [11]: 71). Para malaikat pun mengucapkan: “Selamat.” Ibrahim menjawab: “Selamat”.

Ketika malaikat menyampaika kabar gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir putranya) Ya’qub, Sarah yang berusia 90 tahun itu terkejut seraya berkata di balik tirai: “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh. ”  (QS. Huud: 71-72).

Para malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan berkah-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.”

Tidak ada yang mustahil bagi Allah dan janji Allah yang ditunggu-tunggu itu pun akhirnya terbukti. Sarah kemudian hamil dan setelah itu melahirkan seorang bayi lelaki sempurna yang diberi nama Ishaq. Ia melahirkan ketika berusia 99 dan nabi Ibrahim berusia 100 tahun.

Sarah dicatat sejarah menjadi ibu bagi Nabi Ishaq dan nenek bagi Nabi Ya`qub dan menjadi contoh tentang kekuasaan Allah yang tidak mengenal batas, bahwa tidak ada sesuatu yang tak mungkin bagi Allah. Kalau Allah menghendaki, yang mustahil bisa terwujud. Sarah yang mandul dan sudah tua, akhirnya bisa melahirkan anak. (desastian/Islampos)

Beginilah Keikhlasan dan Rasa Cemburu Sarah (Bagian II)

Ketika Sang Raja menghadiahkan budak wanita bernama Hajar kepada Sarah. Ibrahim dan Sarah pulang ke Palestina dengan membawa serta budak wanita pemberian dari raja Mesir. Mereka bertiga menetap di Baitul Maqdis dengan tenang. Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, usia Sarah makin bertambah, Sarah semakin tua. Begitu juga Nabi Ibrahim as.

Sarah diliputi sedih. Apalagi, dia itu mandul dan tidak bisa memberikan keturunan kepada nabi Ibrahim. Padahal, Nabi Ibrahim sangat mengharap keturunan untuk meneruskan perjuangan dakwah.

Belum juga dikaruniai anak, Ibrahim as pun tak henti-hentinya berdoa memohon kepada Allah SWT agar di beri keturunan yang shalih  yang baik-baik.. “Rabbi habli minas Shaalihiin.” Maka Allah SWT pun segera menyampaikan kabar gembira tentang hal tersebut.

Dalam keadaan yang muskil untuk memberikan keturunan itulah, Sarah kemudian menawarkan Hajar kepada Ibrahim, suaminya,  meski ia –dalam hati yang paling dalam– ditimpa cemburu.

Sarah berkata kepada Ibrahim as, “Hai kekasih Allah, sesungguhnya Allah tidak memperkenankan aku melahirkan anak, karenanya menikahlah dengan budakku ini, mudah-mudahan Allah mengaruniakan anak kepadamu melalui dirinya. Inilah Hajar, aku berikan kepadamu, mudah-mudahan Allah memberi kita anak keturunan darinya.”

Nabi Ibrahim as teringat akan janji Allah bahwa Hajar akan memberinya anak keturunan yang baik dan shaleh. Akhirnya Ibrahim menikahi Hajar, budak Sarah pemberian dari raja Mesir yang zalim tadi Dan janji Allah itu terbukti. Tidak lama kemudian, Hajar pun hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki diberi nama Ismail.

Rasa Cemburu

Sarah adalah seorang wanita yang dicatat sejarah sebagai wanita tercantik pada masanya. Selain cantik, ia termasuk wanita yang kaya dan tergolong murah hati karena ia memiliki kambing banyak dan lahan yang luas, tetapi dengan ringan tangan kemudian menghibahkan semua itu kepada nabi Ibrahim untuk diurus dan dikembangkan.

Meski cantik, Sarah memiliki rasa cemburu yang besar. Maklum saja, ia wanita mandul yang tidak bisa memberikan keturunan dan membuat perasaannya menjadi sensitif. Kendati demikian, ia termasuk wanita yang beriman dan juga bertaqwa kepada Allah. Ketika penguasa Mesir hendak berbuat jahat kepadanya, Allah melindunginya.

Ketika Ibrahim as menikahi Hajar dan dikaruniai anak bernama Ismail, Sarah dilanda api cemburu. Ia kemudian meminta kepada Ibrahim (suaminya) untuk menjauhi Hajar dan Ismail.

Rasa cemburu Sarah makin menjadi-jadi kepada Hajar. Ketika rasa cemburunya muncul, seringkali Sarah menusuk daun telinga Hajar dengan duri pohon kurma sampai membekas ketika cemburu. Ketika Ibrahim as tahu akan hal ini, Ibrahim as mengambil bunga pohon kurma dimasukkan kedalam lubang di telinga Hajar. Inilah ihwal adanya anting-anting, sebuah produk dari kecemburuan.

Pakar siroh Ustadz Budi Ashari, Lc bercerita tentang cemburunya Sarah kepada Hajar. Dikatakan, kecemburuan puncak Sarah kepada Hajar adalah saat Hajar memiliki anak. Bahkan saking cemburunya Sarah ingin memotong sebagian tubuhnya Hajar, bahkan sampai bersumpah atas nama Allah. Namun akhirnya kecemburuannya mereda.

Karena sudah bersumpah atas nama Allah, Ibrahim menyuruh Sarah melubangi saja telinga Hajar. Dan dari telinga yang berlubang itu, menjadi tanda, Hajar adalah wanita pertama yang memakai anting. Dengan berhias dengan antingnya, Sarah makin cemburu.  Untuk mengatasi kecemburuan Sarah kepada Hajar, Nabi Ibrahim memisahkan Hajar hingga 1000 km lebih. Yang satu di negeri Syam, yang satu di Mekkah.

Kecemburuan Sarah yang berlebihan, menjadi penyebab turunnya wahyu. Ketika itu Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Ibrahim agar membawa pergi Hajar dan Ismail. Untuk melaksanakan perintah yang dikehendaki Allah, maka Ibrahim, Hajar dan anaknya (Ismail) yang masih menyusui itu akhirnya pergi ke suatu lembah yang tidak ada tanaman di dekat Baitullah untuk memulai hidup baru.

Di tengah keadaan yang kering dan juga tiada tanam-tanaman itu, nabi Ibrahim berdoa kepada Allah. “Ya, Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai taman-taman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37)

Allah mengabulkan doa nabi Ibrahim. Ibrahim lalu kembali ke Palestina. Meski tinggal di negeri yang tiada tanam-tanaman dan juga kering kerontang, ternyata air memenuhi sekeliling Baitul Haram berkat Ismail. Allah telah memancarkan baginya air zamzam yang suci. (desastian/Islampos)

Kisah Sarah, Istri Nabi Ibrahim yang Diganggu Raja Mesir (Bagian I)

Saat Idul Adha dan hari raya qurban tiba, umat Islam disegarkan ingatannya kembali untuk mengenang perjuangan, pengorbanan dan keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail as. Namun, sedikit saja, bahkan nyaris tak mendengar kisah dan peran istri Nabi Ibrahim as yang bernama Sarah. Masih di hari Tasyrik, mari kita mendengar sepotong kisah Sarah, wanita yang mempesona Raja Fir’aun untuk dijadikan selirnya.

Abu Hurairah as meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Ibrahim a.s tidak pernah berbohong kecuali tiga kali. Pertama, perkataannya ketika diajak untuk beribadah kepada berhala tuhan mereka dan Ibrahim a.s menjawab, ‘Sesungguhnya aku sakit’. Kedua, perkataannya, ‘Sebenarnya patung besar itulah yang melakukannya’. Ketiga, perkataannya tentang Sarah, ‘Sesungguhnya dia saudariku’.” (HR Bukhari).

Yuk kita simak kisah pertemuan Nabi Ibrahim a.s dan Sarah yang melatarbelakangi Rasulullah mengucapkan sabdanya tersebut. Awalnya Ibrahim as tinggal di negeri Babilonia (sekarang Irak). Cukup  lama beliau berdakwah di negeri itu, namun hanya dua orang saja yang beriman, yaitu saudara sepupunya Sarah dan keponakannya Luth, yang kemudian menjadi nabi.

Suatu hari Nabi Ibrahim as dan Nabi Luth as pergi ke negeri Syam. Mereka bertemu dengan paman Nabi Ibrahim. la memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Sarah. Ibrahim a.s pun berkata, “Belum ada wanita cantik yang memiliki kecantikan seperti Hawa hingga saat ini selain Sarah.”

Perkataan Ibrahim a.s tersebut bukan saja melihat kecantikan Sarah secara lahiriah, melainkan juga kesalehan yang tampak pada diri Sarah. Akhirnya, Ibrahim as pun menikahinya dan mereka menjalani kehidupan rumah tangga dengan harmonis.

Nabi Ibrahim as dan Sarah yang pada waktu itu menetap di Babilonia memutuskan untuk hijrah ke Baitul Maqdis dan tinggal di daerah yang bernama Harran, sebuah daerah dekat Syam. Tidak beda dengan penduduk Irak, penduduk di Harran pun menyembah bintang dan juga patung. Di daerah itu, nabi Ibrahim as diutus Allah untuk menghilangkan segala kebatilan dan kemungkaran.

Diganggu Raja Mesir

Ketika itu Baitul Maqdis, sedang dilanda kekeringan dan musim paceklik. Kemudian, Ibrahim as hijrah ke Mesir. Ketika itu, Mesir berada dipimpin seorang raja yang dikenal zalim, suka foya-foya dan gila wanita. Raja itu bernama ‘Amr bin Amru’ Al-Qais bin Mailun. Itulah sebabnya, Ibrahim as mengkhawatirkan keadaan Sarah yang cantik dari kebejatan raja Mesir tersebut.

Kala itu, setiap mendengar ada wanita cantik, sang raja selalu ingin menjadikan selirnya. Jika wanita itu telah memiliki suami, ia akan memaksa suaminya untuk menceraikan istrinya. Jika wanita itu adalah saudara dari seseorang yang dikenalnya, akan ia tinggalkan.

Apa yang dikhawatirkan nabi Ibrahim as itu terbukti. Kedatangan Ibrahim as dan istrinya yang sangat cantik diketahui oleh pengawal kerajaan. Pengawal itu langsung memberitahukan perihal pesona dan kecantikan Sarah kepada rajanya. “Ibrahim datang bersama seorang wanita yang sangat cantik,” lapor sang pengawal.

Seketika, wajah raja Mesir berbinar-binar setelah mendengar laporan pengawalnya tersebut. Hasrat sang raja tiba-tiba menggebu dan menyuruh pengawalnya untuk memanggil mereka berdua. “Pergilah dan bawa wanita tersebut ke mari!” perintah raja kepada pejabat istana.

Ibrahim pun datang menemui raja yang zalim itu. Di hadapan Ibrahim as, raja zalim itu bertanya, “Siapakah wanita yang bersamamu itu?” Ibrahim as menjawab, “Saudariku.” Sambil berbisik kepada istrinya, “Jangan kaukatakan, bahwa kau adalah istriku agar kau selamat. Katakanlah kau adalah saudariku. Demi Allah di bumi ini hanya kita berdua yang mukmin!”

Ketika Sarah melihat raja hendak mendekatinya, ia berdoa, “Ya Allah. Sesungguhnya aku beriman kepada-Mu dan Rasul-Mu serta aku selalu memelihara kehormatanku. Janganlah Engkau biarkan orang itu merusak kesucianku!” pintanya kepada Allah SWT.

Tiba-tiba raja itu merasa tercekik dan menghentak-hentakkan kakinya. Setiap raja itu ingin menyentuh Sarah, tangannya menjadi lumpuh. Sarah terkejut dan kembali berdoa, “Ya Allah. Andaikan raja ini mati, tentu orang-orang akan menuduh bahwa aku yang membunuhnya!”

Setelah berdoa, raja itu kembali sehat seperti biasa. Namun, raja itu tetap berjalan mendekatinya. Sarah kembali berdoa, “Ya Allah. Sesungguhnya aku beriman kepada-Mu dan Rasul-Mu serta aku selalu memelihara kehormatanku. Janganlah Engkau biarkan orang itu merusak kesucianku!”

Kejadian tadi terulang lagi. Raja merasa tercekik dan menghentak-hentakkan kakinya. Sarah berdoa lagi, “Ya Allah. Andaikan raja ini mati, tentu orang-orang akan menuduh bahwa aku yang membunuhnya!”

Raja itu kembali sembuh, tetapi kali ini ia merasa ketakutan. Kemudian ia berkata kepada pengawalnya, “Demi Tuhan, pasti setan yang kau kirim kepadaku. Kembalikanlah ia kepada Ibrahim dan beri dia seorang hamba sahaya!” Hamba sahaya itu adalah Siti Hajar, seorang budak hitam, wanita berakhlak mulia, dan bermental kuat. (desastian/Islampos)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More